Senin, 12 November 2012

merasa cukup...qana'ah

Bersyukur dan qana’ah (merasa cukup) dengan rezeki yang ada di hadapannya, karena tidak ada suatu kenikmatan melainkan datang dari Allah l
Hal ini sebagaimana firman-Nya,
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). (an-Nahl: 53)
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Rasulullah n bersabda,
أَتُحِبُّونَ أَنْ تَجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ، قُولُوا: اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى شُكْرِكَ وَذِكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Apakah kalian senang bersungguh-sungguh dalam doa-doa, ucapkanlah, ‘Ya Allah, tolonglah kami untuk senantiasa bersyukur kepada-Mu, menyebut-Mu, dan memperbaiki ibadah kepada-Mu’.” (HR. Ahmad dari Abu Hurairah z, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh Muqbil t dalam ash-Shahihul Musnad)
Kemudian Rasulullah n bersabda tentang qana’ah (merasa cukup) dengan rezeki yang ada sehingga selamat dari penyakit rakus dan serakah terhadap dunia. Sungguh bahagia orang yang masuk Islam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan Allah l menjadikan dia merasa cukup dengan apa yang Allah l berikan kepadanya
Nabi n menuntun kita untuk melihat orang yang lebih rendah dan miskin daripada kita sehingga kita senantiasa terdorong untuk bersyukur kepada Allah l. Abu Hurairah z berkata bahwa Rasulullah n bersabda,
انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian dan jangan kalian melihat orang yang berada di atas kalian. Dengan begitu, kalian lebih terdorong untuk tidak meremehkan nikmat-nikmat Allah l yang ada pada kalian.” (Muttafaqun ‘alaih, dan ini lafadz Muslim)
source= http://asysyariah.com/mengharap-berkah-dengan-sunnah.html

Rasulullah n bersabda dalam hadits Abu Hurairah z:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kaya hati.” (HR. al-Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 2417)
Rasulullah n juga bersabda dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri z:
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
“Siapa yang menampakkan kecukupan niscaya Allah l akan membuatnya kaya.” (HR. al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 1745)
---
Sifat qana’ah ini akan melahirkan sifat iffah, yaitu tidak berambisi mendapatkan apa yang ada di tangan orang lain serta tidak mengeluhkan keadaan yang dialami selain kepada Allah l. (Bahjatun Nazhirin, 1/583)
Alangkah berbahagia sebuah keluarga yang anggotanya memiliki sifat qana’ah ini. Seorang suami merasa cukup dengan apa yang Allah l rezekikan kepadanya dan keluarganya sehingga ia senantiasa bersyukur kepada-Nya. Seorang istri merasa cukup dengan pemberian suaminya sehingga ia selalu bersyukur kepada Allah l kemudian kepada suaminya. Istri yang qana’ah ini akan terbentengi dari kufrul ‘asyir, mengingkari kebaikan suami, yang merupakan salah satu sebab banyaknya wanita menjadi penghuni neraka. Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang disampaikan oleh Rasulullah n kepada para sahabatnya seusai menunaikan shalat gerhana (kusuf).
أُرِيْتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita yang kufur2. Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” “Tidak,” jawab beliau, “Mereka kufur kepada suami dan kufur terhadap kebaikan suami. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang tahun, lalu ia melihat padamu sesuatu (yang tidak disukainya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku belum pernah sama sekali melihat kebaikan darimu’.” (HR. al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907)
...(2 Yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur ashghar atau kufur kecil, yaitu kekafiran yang tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari keimanan. Pelakunya tetap seorang muslim, namun karena dosa yang diperbuatnya, apabila ia tidak bertaubat sebelum meninggal dan Allah l tidak mengampuninya, ia pantas beroleh siksa di dalam neraka walau tidak kekal di dalamnya seperti pelaku kufur akbar/kufur besar. Kufur kecil ini diistilahkan kufrun duna kufrin.
 Al-Imam an-Nawawi t menyatakan bolehnya memberikan sebutan kufur kepada orang yang mengingkari hak-hak orang lain terhadapnya sebagai bentuk celaan bagi si pelaku, walaupun ia tidak kafir kepada Allah l. (al-Minhaj, 6/213))
Anak-anak yang tumbuh dalam asuhan dan didikan orang tua yang bersifat qana’ah tentu akan terbiasa pula dengan sifat ini. Hal ini karena anak itu tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang ditanamkan kepadanya sebagaimana kata orang Arab:
وَيَنْشَأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ
“Tumbuhnya pemuda di kalangan kami adalah di atas apa yang dibiasakan oleh ayahnya.”
Sungguh, banyak suami yang terjatuh dalam kejahatan, berbuat curang, dan menipu karena tuntutan istrinya. Ketika melihat tetangganya memiliki perabot yang bagus dan baru, si istri pun merengek minta yang sama kepada suaminya. “Si Fulanah punya ini dan itu…, masak kita ndak punya?!”
---
Apabila jiwa merasa tidak membutuhkan apa yang ada di tangan manusia dan merasa cukup dengan pembagian Allah l yang diberikan kepadanya, niscaya dia akan terjaga dari ketamakan. Pemiliknya akan terangkat ke kedudukan yang tinggi dan akhlak yang mulia. Beda halnya dengan kekayaan berupa harta dunia yang disertai miskin jiwa, seringnya membuahkan ambisi duniawi, kekikiran, dan ketamakan. Akibatnya, pelakunya tersungkur ke tempat yang rendah dan akhlak rendahan karena rendahnya selera pemiliknya. (Fathul Bari, 11/329)
Rasulullah n menetapkan keberuntungan bagi orang yang diberikan rezeki secukupnya dan dianugerahkan sifat qana’ah ini. Beliau n bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh beruntung seorang yang berislam, diberi rezeki cukup (tidak berlebih namun sesuai kadar hajatnya dan tidak kurang), dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah dengan apa yang Dia berikan kepadanya.” (HR. Muslim no. 2423)
source=http://asysyariah.com/merasa-cukup.html

//////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

Tulisan diatas adalah beberapa rangkaian yang saya copy-paste dari situs majalah Asy Syari'ah, yang intinya membuat saya sendiri merasa malu. Ya amat malu, meskipun persoalan hidup yang saya alami konteksnya berbeda dengan contoh diatas, namun esensi dari qanaah yang ingin saya canangkan dalam diri saya. Dari tulisan diatas ada suatu kutipan yang menggugah ;  'Sifat qana’ah ini akan melahirkan sifat iffah, yaitu tidak berambisi mendapatkan apa yang ada di tangan orang lain serta tidak mengeluhkan keadaan yang dialami selain kepada Allah. (Bahjatun Nazhirin, 1/583)'. Ya,,memang harus kita sadari, kita sebenarnya telah diberikan banyak rezeki dan ni'mat yang melimpah oleh ALLAH Ta'ala, namun kita sering tidak menyadarinya, sering berpaling dari ALLAH, bahkan menghujat ALLAH. Kita boleh mengeluh atau berkeluh kesah kepada ALLAH namun bukan berarti kita durhaka kepadaNYA. Ayo (penulis secara khusus mengajak diri sendiri dulu), menjadi seorang muslim yang senantiasa bersyukur sembari terus berdo'a agar diberi kemudahan dalam menghadapi kesulitan. Wallahu'alam...  “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)". (an-Nahl: 53).